hmmm berasa bingung gimana gitu mau nulis apaan yaak disini hahaaha
jadinya gua mau kasih liat cerpen yang gua buat sendiri nih dari pengalaman pribadi loooh.. baca yaaa keren kok. menurut gua tapi hahaha
judul : Parfum dari guru matematika ku :)))))
Karya Yucky Anggun Anggrainy.
Ia adalah seorang guru matematika di sekolahku dulu yang sangat ditakuti oleh semua siswa dan siswi di sekolah ku. Saat pertama kali aku bersekolah disana, sekitar 2 minggu aku bersekolah dan telah sah menjadi siswi di sekolah tersebut, aku banyak mendengar tentang guru-guru yang sangat “kiler” disekolah tersebut. Seperti saat obrolan ku dan teman-teman ku saat kami di kantin. Ajeng sahabatku berkata “ Yucky lo tau gak guru matematika yang namanya bu Ina itu? “ aku pun menjawab “ gak, gua gak tau.” “ emang kenapa jeng?” ajeng menjawab “ Gilaaaa tu guru kiler banget tau, gua yakin 10000% lo gak akan tahan sama ibu itu” sahabatku yang bernama Dea juga berkata “ kalo guru ipa yang namanya bu Yus lo tau gak?” Aku yang tidak mengetahui apa-apa hanya menjawab “ gak juga.” “emang kenapa?” Dea pun menjawab “ tuh guru juga galaaak tau.” “ tapi gak segalak bu Ina yang kayak harimau lepas hahaha.” Saat itu pun aku dan teman-teman ku membicarakan guru-guru di sekolah yang kiler dan galak.
Tetapi, aku sangat tertarik sekali mendengarkan tentang guru yang satu ini, yaitu guru matematika yang biasanya dipanggil bu Ina yang baru saja di bicarakan temanku Ajeng. Ternyata, Bu ina tersebut bukan hanya sebagai guru matematika. Tetapi, ia juga sebagai wakil kepala sekolah di sekolah ku. Banyak sekali yang bercerita bahwa ibu ina tersebut guru yang sangat galak dan tidak bersahabat.
Sebab itu tidak ada satupun murid yang bisa mengambil hatinya, bu ina ini sangat disiplin dan saat pelajaran dia yaitu pelajaran matematika yang kebanyakan anak-anak sangat tidak menyukai pelajaran tersebut karena menyulitkan, tidak berani selangkah pun beranjak dari tempat duduknya, saat pelajaran guru yang satu ini. “ Apakah semua yang dikatakan teman-temanku benar?” “ Apakah sampai segalak itu guru yang bernama bu Ina sampai anak-anak yang mengikuti pelajarannya tidak berani beranjak dari kursi nya?” hatiku bertanya-tanya banyak sekali pertanyaan yang berkecambuk dihatiku. Aku jadi sangat penasaran dengan ibu ini.
Tiba-tiba aku melihat sesosok guru yang memasuki ruangan kelas ekskul ku ,dan ternyata ibu itu ialah ibu ina. Guru kiler yang banyak ditakuti oleh murid di sekolah ku. Aku sangat kaget bukan main dan sangat gugup, aku tidak mengetahui sama sekali bahwa ibu kiler tersebut yang akan mengajar ku. Saat ibu itu masuk terdengar alunan suara yang keluar dari mulutnya “ Assalamualaikum anak-anak.” “Selamat siang semuanya.” Seperti itulah bu Ina memberi salam. Serentak anak-anak di di dalam kelas menjawab “ Waalaikumsalam.” Aku juga ikut menjawab dengan ragu-ragu bersama anak-anak di dalam kelas.
Pada saat itu aku merasakan suasana yang sangat tegang sekali, seluruh anak di kelas diam membisu tak ada satupun kata sepatah yang keluar dari mulut salah seorang murid, padahal di kelas tersebut ada sekitar 30 orang siswa. Jantung ku semakin berdegup sangat kencang,ingin rasanya aku berlari dan pergi tidak kembali dan tidak jadi mengikuti ekskul tersebut. Tetapi, apa yang dapat dikata, aku tidak bias pergi keluar begitu saja, karena aku sudah tercatat dalam daftar absen. “ Aku ingin pergi dari sini.” Kata-kata itu merasuki fikiranku. Saat itu aku benar-benar sangat gugup, cerita dari teman-teman ku tiba-tiba merasuki fikiran ku dan membuat aku bertambah takut dan sangat tegang. Aku menengok kearah teman ku Anisa Vibra, dia hanya memeberikan senyum seperti yang aku rasakan. Aku pun bertanya pada temanku “ Nis, ibu itu yang ngajar kita?” Nisa pun menjawab “ iya kayaknya ki, soalnya sekarang dia yang masuk, gua rasa emang dia yang ngajar kita selama ekskul ini.” Lalu aku memberikan seulas senyum kepada teman ku ini.
Saat ibu itu berdiri di depan kelas dan mengabsen semua murid yang ada dikelas dan saat ibu itu mengatakan “ Yucky Anggun Anggrainy.” Aku sangat kaget sekali, lalu aku pun mengacungkan tangan ku dengan sedikit ragu. Setelah absen sudah selesai, bu Ina pun bertanya tentang pelajaran matematika kepada setiap anak yang ia panggil, dan sangat tidak diduga hal yang baru saja aku fikirkan terjadi. Nama ku pun dipanggil “ Yucky Anggun.” Lalu, saya pun mengangkat wajah saya, dan mencoba menatap ibu itu dengan sedikit ragu lalu saya menjawab “ iya bu.” Setelah itu ibu itu bertanya “ Yucky, ibu ingin bertanya dengan kamu, bagaimana mencari rugi dalam persen.” Lalu, ibu itu menatapku dan mendekati meja yang sedang ku duduki. Aku hanya terdiam, di fikiranku aku merasa kosong tidak mengerti apa-apa. Lalu, ibu itu bertanya lagi sambil mnedekatkan wajahnya kepadaku “ Apa jawabannya Yucky? Pasti kamu tau.” Aku masih terdiam, aku tidak tau apa yang akan aku jawab, yang aku rasakan hanya jantung yang berdegub sangat kencang mungkin semua anak di kelas mendengar suara jantung ku dan keringat yang mengalir seperti air keran yang tidak bisa berhenti.
Lalu akhirnya, aku menjawab dengan ragu-ragu dan tergesa-gesa karena pada saat itu ibu Ina sudah bersiap memberikan parfumnya kepada ku. Akhirnya, aku pun menjawab “ Besar rugi per harga beli dikali 100% bu.” Lalu ibu itu berkata “ Nah, itu tau.” “ Kenapa Yucky lama jawabnya, yah biasalah anak-anak, ditanya sama Manohara aja udah grogi.” Satu kelas pun tertawa terbahak-bahak. aku pun menjadi sangat lega “ aku harus terbiasa dengan guru ini.” Fakir ku dalam hati. Aku memang sudah terlanjur terjebak dalam kandang harimau.
Hari pertama aku mengikuti ekskul tersebut, aku sangat tegang sekali aku tidak dapat tenang, ingin rasanya hari itu cepat selesai dan keluar dari ruangan tersebut. Tetapi, aku sangat tidak menyangka ibu yang membuat aku gugup setengah mati ini menunjuk ku untuk menjadi sekertaris dalam ekskul MIPA ini. Ibu itu memanggil namaku dan berkata “ Yucky kamu jadi sekertaris ya?.” “ Mau kan?.” Akhirnya, aku mengangguk tanda aku menerima menjadi sekertaris dalam ekskul ini. Setiap hari jumat inilah aku selalu merasa sangat gugup, hari jumat adalah hari paling menyebalkan dimana aku harus bertemu ibu itu. Setiap hari jumat aku selalu dipanggil ibu itu untuk menulis di depan kelas ataupun mengerjakan soal yang ia berikan. Saat dipanggil aku masih kerap sering kali gugup dan takut serta keringat yang mengalir di selah-selah pelepis dan poni ku.
Aku mengikuti ekskul tersebut dengan setenang mungkin dan mencoba selalu berani menatap ibu itu. Seperti pada saat itu. “ Yucky kesini sebentar.” Kata ibu Ina memanggilku. Aku pun beranjak dari kursiku dan pergi kedepan menemui ibu itu. “ Ada apa bu?.” Lalu ibu itu berkata “ Tolong tulis ini ke depan ya.” “ baik bu.” Setelah sekitar 4 kali aku mengikuti ekskul ini, aku mulai sudah terbiasa mengikuti rutinitas setiap hari jumat itu.
Di setiap kali pertemuan, banyak sekali kejadian yang lucu, seperti teman ku yang tidak dapat mengerjakan soal yang diberikan ibu Ina, “ Ido sudah tegang Ido melangkah dengan gontai maju ke depan kelas. Lalu, ia melihat soal dan bergeleng-geleng tanda tidak mengerti. Ia melihat kebelakang dan berbicara dengan suara yang tidak ada agar tidak ketahuan bu Ina “ woy, apa jawabannya ini.” Lalu ada suara dari depan “ Ehmmmmmmmm.” Aku mengerti sekali, itu adalah suara ibu Ina yang telah memperhatikan gerak-gerik temanku di depan ini. Lalu tanpa ragu-ragu Bu Ina Melilitkan baju nya sampai tangannya terlihat seperti layaknya preman. Ido pun dipaksa mencium parfum yang telah disiapkan itu. Ido dengan muka yang pasrah berkata “ Tolong bu jangan bu, saya kapok bu, besok saya pasti memperhatikan ibu.” “suerrr bu.” Seraya mengacungkan tangan dengan 2 jari keatas.
Tetapi, bu Ina tidak dapat dibohongi. Bu Ina berkata “ kamu sering berkata seperti itu, tetapi tetap saja masih melanggarnya.” Lalu dengan terpaksa Ido mencium parfum dari guru itu. Anak-anak didalam kelas serentak tertawa. Aku pun ikut tertawa menyaksikan kejadian itu di depan kelas. Ido mendapatkan parfum special dari ibu itu selama 1 menit. Memang bu Ina sangat dengan senang hati memberikan hukuman pada setiap anak yang salah ataupun melanggar peraturan nya dengan memberikan parfumnya itu. Parfum bu Ina ini diberikan siang hari, karna menurut guru ini parfum pada siang hari sangat wangi melebihi parfum produk luar negeri. hahaha.
Kebiasaan setiap anak yang akan diberikan parfum itu akan meronta-ronta bahkan ada yang lari sampai memohon-mohon untuk tidak jadi diberikan parfum itu. Jelas saja, parfum itu kan bukan parfum yang wangi seperti parfum lainnya. Tetapi, parfum ini adalah parfum yang paastinya tidak wangi karena telah bekerja sehari penuh apalagi diberikan oada siang hari. Wah mungkin sangat sedap sekali.
Saat aku bertemu atau berpapasan dengan ibu itu, aku sudah tidak canggung lagi. Bahkan, aku merasa biasa saja tidak ada rasa takut yang menyelimuti hati ku. Setiap bertemu dengan ibu itu aku selalu menyapa “ pagi ibu.” ditambah dengan senyuman dari diriku. Biasanya Ibu itu hanya memberikan senyuman nya dan berkata “ Pagi juga.” Ibu Ina juga sangat baik terhadap ku. Aku diikuti lomba matematika, olimpiade matematika, pasiad dan lainnya. Aku merasa sangat senang. Aku mendapatkan banyak pengalaman. Bahkan, bukan hanya aku yang mendapatkan pengalaman. Tetapi, teman ku Anisa Vibra pun juga ikut dalam olimpiade matematika. Karena pengalaman lomba dan lainnya, aku sangat berterima kasih pada ibu Ina. Setelah itu aku telah kelas 3 smp.
Hari pertama aku kelas 3 smp aku duduk di kelas 3e. Saat itu aku bertanya-tanya siapakah guru matematika yang akan mengajar aku nanti selama aku kelas 3 ini. Tetapi, saat kelas 3 aku merasa sedih. Aku berpisah dengan teman-teman yang sangat dekat denganku. Akhirnya, di kelas 3 ini, aku duduk dengan Saras. Aku bertanya pada teman sebangkuku “ Ras, guru kita siapa ya yang ngajar matematika ntar?” Saras menjawab dengan wajah yang sangat berharap “ Gua harap ky bukan bu Ina. Amin.” Aku hanya tertawa kecil dan asik berbicara lagi dengan Saras.
Saat asik-asik mengobrol, ada sesosok bayangan guru yang memasuki kelas ku. Ternyata, guru yang mengajar pelajaran yang sangat aku sukai itu adalah guru kiler yang ditakuti banyak siswa. Serentak aku dan Saras berhadapan. “ wah ki, harapan gua gak terkabul.” Kata Saras kepadaku. “ hahaha iya ras.” Anak-anak yang lainnya pun menunduk dan langsung terdiam mengetahui bahwa guru kiler itu mengajar dikelas kami, banyak anak-anak yang sudah takut diajar guru itu, apalagi ini pelajaran matematika. Sampai ada teman ku yang berkata “ Wah di ajar Macan matilah kita semua.” Dan tertunduk menghadap mejanya. Kami sudah membayangkan begaimana hari-hari selama kelas 3 smp ini diajar oleh ibu itu, mungkin seperti dalam neraka.
Hari pertama kali guru itu mengajar di kelas ku, sangat tidak disangka anak laki-laki di dalam kelas yang dikenal banyak guru sangat nakal dan badung itu diam tidak seperti biasanya. Ternyata, 80% anak dikelas ku sudah pernah merasakan dan mendapatkan parfum dari guru tersebut dan takut untuk mendapatkan farfum untuk ke 3 kalinya atau bahkan ke 4 kalinya. Aku kaget bukan main, aku siswa yang sama sekali belum pernah mendapatkan parfum itu, dan teman sebangku ku pun juga belum pernah merasakannya. Tetapi, anak laki-laki dikelas ku sudah semua merasakan. Walaupun, sekitar 3 atau 5 orang anak laki-laki yang belum merasakan parfum tersebut.
Hari pertama diajarkan tentang bangun ruang, setiap anak memperhatikan dengan sangat baik, tidak ada sama sekali suara anak yang ribut ataupun mengobrol di dalam kelas, kelas pun sangat tenang dan tentram, berbeda dengan hari biasanya atau pelajaran yang lainnya. Aku berkata dengan Saras dengan suara yang sangat kecil takut ketahuan dengan guru ini “ Ras, tumben ya tenang hehe.” “ iya ki, wah hebat amazing bangeet haha.” Tetapi, berbeda dengan diriku, aku merasa senang diajar oleh ibu itu, karena menurut ku ibu itu sebetulnya sangat baik, tidak galak, tetapi memang ibu itu sangat disiplin dan tidak menyukai anak yang nakal dan tidak mengikuti peraturan yang telah diberikan ibu itu.
Saat di dalam kelas ada kejadian yang lucu lagi terjadi pada teman sebangkuku Saras. Teman sebangku ku yang bernama Saras ini diminta ibu itu maju ke depan kelas untuk menjawab soal dari ibu itu. Ternyata, Saras tidak dapat mengerjakan soal dari ibu itu. Saras hampir menangis di depan kelas. Saras pun mendapatkan parfum yang wangi itu di depan kelas. Anak-anak di kelas pun tertawa terbahak-bahak. Ibu itu membuat suasana kelas menjadi sedikit rileks dan tidak canggung lagi. Setiap pelajaran matematika ini pasti ada saja yang mendapatkan senjata jitu ibu ini yaitu parfum yang sangat wangi apalagi pelajaran matematika dikelas ku setiap jam 12 setelah shalat dzuhur. Pasti sangat wangi sekali. Sebab itu, anak di kelas ku setiap pelajaran ibu ini mencoba sebisa mungkin tidak membuat kesalahan dan menjawab soal sebaik mungkin agar tidak mendapatkan parfum dari ibu ini. Termasuk aku, aku juga tidak ingin mendapatkan parfum dari ibu ini sampai aku tamat smp. Selain parfum, ibu Ina juga mempunyai senjata satu lagi, yaitu senjata setruman. Sebetulnya, maksud dari setruman itu adalah kelitikan dari ibu ini.
Hari itu adalah pelajaran matematika. Seperti biasanya jam 12 setelah anak-anak shalat, ibu Ina masuk dengan langkah yang tegas dan pasti membawa setumpuk buku pelajaran matematika yang sangat tebal dan beratnya mungkin bisa mencapai 10 kg. Anak-anak di dalam kelas langsung duduk dengan tertib dan dengan tenang menunggu ibu itu masuk ke dalam kelas. Saat ibu itu masuk, ia langsung memberikan materi seperti biasanya, lalu memberikan soal. Pada saat memberikan soal, ibu Ina meminta aku maju kedepan kelas dan mengerjakan soal yang telah ia berikan. “ Yucky kerjakan soal yang ada di depan.”
Lalu, saat aku maju aku sudah ada firasat yang tidak baik, aku tidak mengerti kenapa aku salah mengerjakan soal itu. Padahal, menurut ku jalan dan pekerjaan yang aku lakukan sudah benar. Tetapi, alhasil aku salah dan bu Ina memang sudah mengincar ku. Aku ditanya ingin mendapatkan yang mana yang kelitikan atau yang farfum. “ Yucky mau yang mana yang wangi atau yang geli.” Aku hanya terdiam, anak-anak didepan kelas ku meminta parfum sambil tertawa. Aku tidak menyangka, aku hanya salah di perkalian saja padahal semua jawaban dan jalan ku sudah benar.
Saat ibu itu sudah menggulung tangan nya mengangkat tangan nya ingin memberikan farfumnya itu. Aku sedikit menjauh, aku tidak ingin mendapatkan farfum itu. “ jangan parfum sih bu.” Kataku dengan tampang yang melas. Lalu, ibu itu menggoda ku sampai semua anak-anak dikelas tertawa. “ wangi kok ky tenang aja.” Tetapi, akhirnya aku tidak jadi diberikan farfum itu. Aku diberikan kelitikan yang gelinya luar biasa. aku dikelitikin di depan anak-anak satu kelas. Aku tersenyum dengan pipi seperti kepiting rebus.
Setelah dikelas aku mendapatkan kelitikan dari ibu itu. Saat di temapat les, aku ditanya ibu Ina bagaimana rasanya mendapatkan kelitikan itu. Aku hanya tersenyum. Anak-anak ditempat les serta teman-teman ku tidak percaya aku mendapatkan hukuman dikelitik di depan kelas. “ Yucky kok bisa?” Dea berkata. Aku menjawab dan menceritakan semuanya kepada teman-teman ku bagaimana aku bisa mendapatkan kelitikan itu. Karena aku asik bercerita dengan teman-teman ku, bu Ina melihat aku tidak konsen mendengarkan penjelasan dari ibu itu.
Pada saat itu lagi-lagi aku diminta mengerjakan soal dan aku salah saat mengerjakan soal itu dan mendapatkan hukuman dikelitikan untuk kedua kalinya. Padahal, awalnya aku kan mendapatkan parfum. Tetapi, ibu itu tidak jadi memberikannya karena ibu itu telah berganti baju. Aku menghela nafas dalam-dalam. Sampai tamat pun aku tidak merasakan dan terbebas dari “parfum guru matematika itu.”
THE END